TRIBUNVIDEO.COM - Perwakilan keluarga Ridwan Kamil memberikan keterangan secara resmi pada Jumat (3/6/2022) dan menyampaikan bahwa Emmeril Kahn Mumtadz alias Eril telah dinyatakan meninggal dunia karena tenggelam. Hal ini disampaikan secara langsung oleh kakak Ridwan Kamil, Erwin Muniruzaman, dan adik Ridwan Kamil, Elpi Nazmuzaman,. Elpi melibatkan222 anggota keluarga korban kecelakaan meninggal dunia di Malang sebagai responden. Penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner skala Resiliensi, yang kemudian dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dengan bantuan Program SPSS. MengenalTubuh Ciptaan Allah (Part2) Hari ke 5, hari ini kami masih bermain tentang tubuh. Yaitu tubuh bagian atas. Ummu mau mengenalkan fayruz tentang tubuh bagian atas. Walaupun sebenarnya Fayruz sudah banyak tahu nama-nama nya tapi tak apa. Ummu ingin lebih menekan kan bahwa semua yg ada di tubuh adalah ciptaan Allah Subhana wa Ta’alla. Pemilihandan pemanggilan bangsa Israel menjadi umat Allah berarti juga mengandung tugas di dalamnya, yaitu menjalankan misi Allah atas dunia. Sejak kehidupan Adam hingga bangsa Israel, Allah memberikan mandat untuk menjadi berkat bagi dunia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai panggilan dan misi Allah dalam Perjanjian Lama. Karenakalian menerimanya atas dasar amanat Allah, dan menjadi halal hubungan seks atas dasar kalimat Allah (HR. Ibnu Majah). Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang menjaga keseimbangan serta menjalankan fungsi keluarga dengan baik. melindungi dari aneka ancaman dan bahaya serta krisis di dunia tapi juga di akhirat. Di dalam keluarga BunuhDiri Satu Keluarga di Gwangju Korsel Gemparkan Negeri. Ilustrasi garis polisi. VIVA – Polisi dan penjaga pantai Korea Selatan ( Korsel) menemukan tiga mayat di dalam mobil yang ditarik keluar dari perairan laut dekat Wando pada Rabu pagi, 29 Juni 2022. Mayat-mayat itu diyakini adalah sebuah keluarga yang hilang dan cukup santer kabarnya vnyYU. Jakarta, —Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai mahluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebaik-baiknya umat yakni untuk menyembah-NYA. Salah satu bentuk kecintaan kita sebagai mahluk-NYA yakni dengan membaca dan mempelajari kitab Suci Al-Quran. Dalam mempelajari Al-Quran seperti membaca, kita juga pelajari ilmu tajwid atau tahsinnya. Setelah itu mulailah dengan belajar menghafalkannya. Mengenai hafalan Al-Quran merupakan fase dimana amat menguji kesabaran dan konsistensi. Salah satu keistimewaan dari Al-Quran adalah mudah dihafalkan. Maka, sebetulnya setiap manusia memang berpotensi untuk bisa menjadi seorang penghafal Al-Quran. Seseeorang yang berusaha menjadi penjaga Al-Quran, yakni dengan membaca dan menghafal Al-Quran sesuai dengan yang telah Rasul contohkan, juga akan berusaha mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Seperti menjadi hafizh Quran yang merupakan seorang yang mampu menghidupkan Al-Quran di dalam hatinya. Hafizh Quran, mampu menyalakan potensi dan semangat didalam hatinya. “Sesungguhnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dzalim.” QS Al-Ankabut 49 Percayalah, bahwa Al-Quran itu memang hidup’. Jika kita mengaku cinta Al-Quran, maka perlu pembuktian dan pengorbanan. Bukankah sejatinya cinta itu adalah tindakan? Seumpama kekasih, atau sahabat dekat … maka Al-Quran pun butuh perhatian’, butuh pertemuan intens, bahkan Al-Quran bisa cemburu. Dengan upaya dan usaha kita untuk membaca, menghafal dan mengamalkan Al-Quran otomatis kita sedang menjaga diri. “Barangsiapa yang membaca menghafal Al-Quran, maka sungguh dirinya telah menyamai derajat kenabian hanya saja tidak ada wahyu baginya penghafal. Tidak pantas bagi penghafal Al-Quran bersama siapa saja yang ia dapati dan tidak melakukan kebodohan terhadap orang yang melakukan kebodohan selektif dalam bergaul sementara dalam dirnya terdapat firman Allah.” HR. Hakim Untuk diketahui bahwa para penghafal Al-Quran adalah keluarga Allah di dunia. Selain itu seorang penghafal Al-Quran tentunya bisa mengangkat kemuliaan keluarganya sendiri khususnya orang tua. “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia…” Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda manjawab, “yaitu ahli Quran orang yang membaca atau menghafal Quran dan mengamalkannya. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.” HR. Ahmad “Siapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah kemuliaan, yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Quran”. HR. Al Hakim Views 5,605 Menjadi Keluarga Allah di Luar Ramadhan Oleh Hamzah Saifuddin Staff Pengajar Ma’had Aly An-Nuur إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. نَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ اَلله اَكْبَرُ، اَلله اَكْبْرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لَااِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ Khutbah Pertama Download PDF di sini. Allahu akbar kabira walhamdulillahi katsira wa subhanallahi bukratan wa ashila, la ilaha illallah wallahu akbar allahu akbar walillahil hamd. Pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankan khatib mengajak para jamaah sekalian untuk selalu mensyukuri segala nikmat yang luar biasa ini. Nikmat kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan suatu apapun. Kebahagiaan bertemu secara sempurna dengan bulan ramadhan, semua itu datangnya tidak lain dan tidak bukan hanyalah dari Allah semata, termasuk nikmat bertemu dengan hari raya Idul Fitri kali ini. Shalawat beriringkan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada uswatun hasanah umat Islam, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, tabiut tabiin. Bulan Ramadhan telah usai, kini ia telah pergi meninggalkan kita semuanya, beserta kemuliaan dan keutamaannya. Maka pada momentum kali ini, khatib mengajak kepada jamaah sekalian untuk tidak kendur dalam menjalankan amal shalih, walaupun Ramadhan sudah tidak bersama kita lagi. Ramadhan adalah momen pembentukan karakter seorang muslim, penggemblengan jasad dan jiwa untuk terus terbiasa dalam melakukan amal shalih, terutama membaca Al-Qur’an, qiyamul lail, dan puasa. Oleh sebab itu mari kita jaga bersama apa yang sudah kita biasakan di bulan Ramadhan dan kita praktikkan kembali di bulan-bulan selanjutnya, sehingga kita bisa menjadi orang-orang yang beruntung, sebagaimana perkataan yang menyebutkan مَنْ كَانَ يَوْمِهِ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ “Siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia menjadi orang yang beruntung.” Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar walillahil hamd. Jamaah shalat Idul Fitri rahimani wa rahimakumullah. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai keluarga di dunia, keluarga yang anggotanya dipilih langsung oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Alangkah bahagianya ketika ada seorang muslim yang dipilih oleh Allah untuk menjadi keluarga-Nya. Artinya, ketika Allah sudah memilih hamba-Nya maka hamba tersebut bukanlah hamba yang sembarangan, dia memiliki keistimewaan yang sungguh luar biasa diantara hamba yang lainnya. Di dalam kitab Syarh Sunan Abi Dawud disebutkan bahwa orang yang dipilih oleh Allah menjadi keluarga-Nya adalah mereka yang sudah pasti menjadi wali Allah dan orang yang dicintai oleh Allah. Lalu apa keuntungan ketika kita menjadi keluarganya Allah? Di dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam disebutkan, فَإِذَا أَحْبَبتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ. رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ “Apabila Aku telah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang digunakan untuk melihat, Aku menjadi tangannya yang digunakan untuk memegang dan Aku menjadi kakinya yang digunakan untuk melangkah. Jika dia meminta kepada–Ku pasti Aku memberinya dan jika dia meminta perlindungan kepada–Ku pasti Aku akan melindunginya.” HR. Bukhari. Maka Syaikh Shalih al-Utsaimin memberikan penjelasan dalam kitab Syarh Arbain Nawawi bahwa janji Allah kepada mereka adalah dengan ditunjukkan kepada perbuatan-perbuatan yang diridhai-Nya dan setiap permintaannya akan dikabulkan oleh Allah, jika dia butuh pertolongan, perlindungan Allah akan melindunginya. Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar walillahil hamd. Jamaah shalat Idul Fitri rahimani wa rahimakumullah. Pertama adalah Menjadi Ahli Qur’an. Ada dua amalan yang hendaknya dilazimi oleh seorang hamba agar terpilih menjadi keluarga Allah subhanahu wa ta’ala. Amalan yang pertama adalah menjadi ahli Al-Qur’an. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِك، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلّهِ أَهْلِيْنَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ هُمْ؟ قَالَ هُمْ أَهْلُ القرآنِ، أَهْلُ اللهِ وَخَاصَتُهُ. رواه أحمد “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga diantara manusia.” Para sahabat bertanya, “Siapa mereka ya Rasulullah?” Rasul pun menjawab, “Para ahli Al-Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya.” HR. Ahmad. Keluarga Allah yang pertama adalah mereka ahli qur’an, orang yang menjadikan aktivitas membaca Al-Qur’an sebagai rutinitas. Tiada hari dan waktu yang ia gunakan untuk kegiatan yang sia-sia kecuali untuk membaca Al-Qur’an. Maka dari itu, orang yang membiasakan diri membaca Al-Qur’an, mereka akan dijadikan oleh Allah sebagai keluarga-Nya. Para ulama menyebutkan bahwa orang yang membaca Al-Qur’an memiliki dua tipe. Pertama adalah mereka yang membaca secara lafdziyah dan kedua adalah mereka yang membaca secara hukmiyah. Maksud membaca Al-Qur’an secara lafdziyah adalah membaca Al-Qur’an sebagaimana umumnya manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda عَنْ اِبْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتاب الله فَلَهُ حَسَنَة، والحَسَنَة بِعَشْرِ أمْثَالِها، لا أقول ألم حَرفٌ، ولكِنْ ألِفٌ حَرْفٌ، ولاَمٌ حَرْفٌ، ومِيمٌ حَرْفٌ . رواه الترمذي “Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan semisalnya. Aku tidak mengatakan Alif lam mim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf.” HR. Tirmidzi Adapun maksud membaca secara hukmiyah adalah memahami hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, termasuk juga melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, lalu membenarkan apa yang dikabarkan oleh Allah didalam Al-Qur’an. Di dalam hadits di atas juga dinyatakan bahwa orang yang membaca Al-Qur’an entah itu lafdziyah maupun hukumiyah dan ia menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaan maka janji Allah akan dijadikan sebagai keluarga-Nya Allah. Maka sungguh beruntung seorang muslim yang menjadikan tilawatul qur’an sebagai rutinitas di luar bulan Ramadhan. Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar walillahil hamd. Jamaah shalat Idul Fitri rahimani wa rahimakumullah. Kedua adalah Memakmurkan Masjid. Amalan berikutnya yang harus dilazimi oleh seorang hamba agar terpilih menjadi keluarga Allah subhanahu wa ta’ala adalah senantiasa memakmurkan Masjid. Allah berfirman dalam Surat At-Taubah Ayat 18 إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا ٱللَّهَ ۖ فَعَسَىٰٓ أُو۟لَٰٓئِكَ أَن يَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُهْتَدِينَ “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” Ketika Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut, beliau menyebutkan sabda dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ “إِنَّمَا عُمَّارُ المَسَاجِدَ هُمْ أَهْلُ اللهِ “Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid, mereka adalah Ahlullah keluarganya Allah.” Hadits tersebut menyampaikan kepada kita tentang fadhilah keutamaan orang-orang yang memakmurkan masjid Allah dan Allah menggolongkan mereka menjadi ahlullah, keluarganya Allah. Maka dari sini kita dapat memahami bahwa masjid-masjid Allah itu adalah rumah Allah, artinya orang yang menjaga, merawat, dan memakmurkannya, mereka akan diberi balasan yang sungguh luar biasa dari Allah subhanahu wa ta’ala. Jamaah shalat Idul Fitri rahimani wa rahimakumullah. Di bulan Ramadhan masjid-masjid akan selalu ramai. Entah itu di pagi hari, siang hari, bahkan di malam pun tak sedikit orang yang memilih tidur di masjid daripada tidur di rumahnya. Hal itu karena di bulan Ramadhan kita mengerti bahwa segala amal shalih yang dikerjakan akan dilipat gandakan. Maka kebiasaan inilah yang harus kita lestarikan bukan hanya di bulan ramadhan saja. Kewajiban memakmurkan masjid bukan hanya kewajiban takmir saja. Akan tetapi bagi siapa pun kaum muslimin, berkewajiban untuk menjadikan masjid di dekatnya menjadi makmur. Sebab salah satu misi diberdirikannya masjid adalah untuk digunakan sebagai tempat ibadah kaum muslimin. Maka bagaimana mungkin ada orang Islam yang tidak mau meramaikan masjidnya, ia malah alergi dengan tempat ibadahnya sendiri. Hal demikian tentulah kita semua tidak menginginkannya. Di dalam kitab Ummarul Masajid Maknawiyah wa Fadhluha disebutkan bahwa salah satu efek positif ketika masjid itu bisa ramai adalah akan menguatkan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin. Demikian karena masjid merupakan tempat yang menjadi pusat berkumpulnya kaum muslimin tak kurang 5 kali dalam sehari. Karena itulah setiap muslim berkewajiban untuk selalu memakmurkannya agar ukhuwah kaum muslimin bisa semakin solid. Adapun mereka yang enggan untuk merapat ke masjid maka ia bagaikan hewan yang menjauh dari gerombolannya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الإِنْسَانِ كَذِئْبِ الغَنَمِ يِأَخْذِ الشَّاةَ القَاصِيَّةَ وَ النَّاحِيَّةَ، فَإِيَّاكُمْ وَالشِّعَابِ وَعَلَيْكُمْ بِالجَمَاعَةِ وَالعَامَّةِ وَالمَسْجِدِ. رواه أحمد “Sesungguhnya setan adalah serigala bagi manusia, seperti serigala bagi kambing, yang memakan kambing yang sendirian. Takutlah pada perpecahan dan tetaplah bersama jamaah yakni kebanyakan manusia golongan besar orang mukmin dan masjid” HR. Ahmad Kalaulah ada seorang muslim yang menjauh dari masjid tentu ia akan dijadikan target utama bagi setan untuk digelincirkan agar bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar walillahil hamd. Jamaah shalat Idul Fitri rahimani wa rahimakumullah. Perlu kita pahami bersama bahwa orang yang memakmurkan masjid bukan hanya orang yang membangun bangunannya. Akan tetapi termasuk orang yang mengajak manusia untuk mendekat kepada masjid, menjadikan masjidnya ramai dengan jamaah dan ibadah sehingga masjid bisa memberikan manfaat yang luas kepada masyarakat secara umum. Jangan sampai masjid-masjid di daerah kita hanya ramai setahun sekali, jangan sampai masjid kita hanya ramai di bulan ramadhan saja, tapi jadikan masjid kita menjadi masjid yang selalu ramai setiap waktunya. Pada hari Kiamat Allah akan memanggil orang yang memakmurkan rumah Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari sahabat Anas bin Malik إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُنَادِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ جِيرَانِي؟ أَيْنَ جِيرَانِي؟ فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ رَبَّنَا، وَمَنْ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يُجَاوِرَكَ؟ فَيَقُولُ أَيْنَ عُمَّارُ الْمَسَاجِدِ؟ “Sesungguhnya Allah menyeru pada hari Kiamat, Di mana kah tetanggaku? Di mana kah tetanggaku?’ Maka para Malaikat berkata, Wahai Rabb kami, siapa yang menjadi tetanggamu?’ Maka Allah menjawab, Di mana kah orang yang memakmurkan masjid?” Itulah balasan yang Allah berikan kepada orang-orang yang memakmurkan masjid. Bahkan di dalam hadits yang lain Allah berjanji kepada orang yang hatinya selalu terikat dengan masjid, hatinya selalu terpaut dengan masjid, akan menaunginya di mana saat itu tidak ada naungan yang bisa menaunginya kecuali hanya naungan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah di dalam naungannya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Yaitu imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Tuhannya, seseorang yang hatinya bergantung di dalam masjid.” HR. Bukhari Meskipun Ramadhan telah usai, mari kita jadikan kebiasaan yang sudah terbangun menjadi kebiasaan di luar bulan Ramadhan. Maka kesempatan yang sungguh luar biasa yang harus kita dapatkan adalah menjadi keluarganya Allah, yaitu dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an dan juga berusaha untuk terus memakmurkan masjid Allah subhanahu wa ta’ala. Khutbah Kedua Jamaah shalat Idul Fitri rahimani wa rahimakumullah. اللهُ اَكْبَرُ ٣× اللهُ اَكْبَرُ ٤× اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ Mari kita tutup Khutbah pada kesempatan kali ini dengan berdoa kepada Allah, إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَاءَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا وَتَمْجِيْدَنَا وَتَحْمِيْدَنَا وَخُشُوْعَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العَالَمِيْن إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Salah satu kebahagiaan umat Islam adalah ketika mendapatkan surga kelak di akhirat, dan itu merupakan janji Allah SWT. Pertanyaannya apakah keluarga di dunia akan berkumpul kelak di akhirat? Kendati Allah SWT merahasiakan nikmat-nikmat yang akan diberikan kelak sebagaimana firman berikut فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” QS As-Sajadah 17 Namun, sejumlah ulama salaf menegaskan bahwa di antara kebahagiaan umat Islam kelak di surga adalah bertemu kembali dengan keluarga yang dia cintai di dunia. Hal ini setelah mereka mendapatkan rahmat Allah SWT dan syafaat Rasulullah SAW. وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ ۚ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ Wallażīna āmanụ wattaba'at-hum żurriyyatuhum bi`īmānin alḥaqnā bihim żurriyyatahum wa mā alatnāhum min 'amalihim min syaī`, kullumri`im bimā kasaba rahīn “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” QS At-Thur 21 Ibnu Abbas, mengomentari ayat ini dengan menjelaskan Allah akan mengangkat derajat keturunan seorang mukmin meskipun berbeda tingkat amalnya sebagai pelipur lara baginya. Kemudian dia membaca surat At-Thur 21 di atas. Penegasan ini sebenarnya senada dengan janji Allah SWT yang ada dalam surat Ar’Rad ayat 23 جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ “yaitu surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” Dalam kitabnya Tafsir al-Quran al-Adhim, Ibnu Katsir menjelaskan maksud dari ayat ini, bahwa Allah SWT akan mengumpulkan orang-orang mukmin dengan orang yang mereka cintai dari bapak, istri, dan anak-anak, yang memang pantas masuk surga sebagai pelipur lara baginya, bahkan dia akan mengangkat derajat keluarganya yang dalam level rendah itu menjadi level tinggi, tanpa mengurangi derajat sang mukmin yang tinggi tersebut, sebagai anugerah dari Allah SWT. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Kami, Presidensi Utama dan Dewan Dua Belas Rasul Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah dan bahwa keluarga merupakan yang inti bagi rencana Sang Pencipta untuk takdir kekal anak-anak-Nya. Seluruh umat manusia—pria dan wanita—diciptakan menurut rupa Allah. Masing-masing adalah putra atau putri roh terkasih dari orang tua surgawi, dan, sebagai yang demikian, masing-masing memiliki kodrat dan takdir yang ilahi. Jenis kelamin merupakan karakteristik penting dari identitas dan tujuan prafana, fana, dan kekal setiap orang. Dalam ruang lingkup prafana, para putra dan putri roh mengenal dan memuja Allah sebagai Bapa Kekal mereka dan menerima rencana-Nya, yang melaluinya, anak-anak-Nya dapat memperoleh tubuh jasmani dan mendapatkan pengalaman duniawi untuk maju ke arah kesempurnaan dan pada akhirnya merealisasikan takdir ilahi mereka sebagai ahli waris kehidupan kekal. Rencana kebahagiaan yang ilahi memungkinkan hubungan keluarga untuk dilanjutkan setelah kematian. Tata cara-tata cara dan perjanjian-perjanjian sakral yang tersedia di bait suci yang kudus memungkinkan bagi setiap orang untuk kembali ke hadirat Allah dan bagi keluarga-keluarga untuk disatukan secara kekal. Perintah pertama yang Allah berikan kepada Adam dan Hawa berkaitan dengan potensi mereka untuk menjadi orang tua, sebagai suami dan istri. Kami menyatakan bahwa perintah Allah bagi anak-anak-Nya untuk beranak cucu dan memenuhi bumi tetap berlaku. Kami selanjutnya menyatakan bahwa Allah telah memerintahkan agar kuasa prokreasi yang sakral mesti digunakan hanya antara pria dan wanita, yang telah dinikahkan secara resmi sebagai suami dan istri. Kami menyatakan cara yang dengannya kehidupan fana diciptakan telah ditetapkan secara ilahi. Kami menegaskan kekudusan kehidupan dan tentang pentingnya itu dalam rencana kekal Allah. Suami dan istri memiliki tanggung jawab khusyuk untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain serta anak-anak mereka. “Anak-anak … adalah milik pusaka daripada Tuhan” Mazmur 1273. Orang tua memiliki kewajiban sakral untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kesalehan, untuk memenuhi kebutuhan fisik dan rohani mereka, dan untuk mengajari mereka untuk saling mengasihi dan melayani, mematuhi perintah-perintah Allah, dan menjadi penduduk yang mematuhi hukum di mana pun mereka tinggal. Para suami dan istri—ibu dan ayah—akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban ini. Keluarga ditetapkan oleh Allah. Pernikahan antara pria dan wanita adalah penting bagi rencana kekal-Nya. Anak-anak berhak menerima kelahiran dalam ikatan perkawinan, dan untuk dibesarkan oleh seorang ayah dan seorang ibu yang menghormati ikrar perkawinan dengan kesetiaan mutlak. Kebahagiaan dalam kehidupan keluarga paling mungkin dicapai bila didasarkan pada ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus. Pernikahan dan keluarga yang berhasil ditegakkan dan dipertahankan dengan asas-asas iman, doa, pertobatan, pengampunan, rasa hormat, kasih, rasa iba, bekerja, dan kegiatan rekreasi yang sehat. Berdasarkan rancangan ilahi, para ayah mesti mengetuai keluarga mereka dalam kasih dan kesalehan serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarga mereka. Para ibu terutama bertanggung jawab bagi pengasuhan anak-anak mereka. Dalam tanggung jawab sakral ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara. Kecacatan, kematian, atau keadaan lainnya mungkin mengharuskan adaptasi perorangan. Kerabat lainnya hendaknya memberikan dukungan bila dibutuhkan. Kami memperingatkan bahwa orang yang melanggar perjanjian kesucian, yang merundung pasangan atau keturunan, atau yang gagal memenuhi tanggung jawab keluarga kelak akan berdiri mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Lebih lanjut, kami memperingatkan bahwa disintegrasi keluarga akan mendatangkan kepada perorangan, masyarakat, dan bangsa bencana-bencana yang dinubuatkan oleh para nabi zaman dahulu dan zaman modern. Kami mengimbau para penduduk dan pejabat pemerintahan yang bertanggung jawab di mana pun untuk menyebarluaskan acuan-acuan tersebut yang dirancang untuk mempertahankan dan memperkuat keluarga sebagai unit dasar masyarakat. Jakarta, —Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai mahluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebaik-baiknya umat yakni untuk menyembah-NYA. Salah satu bentuk kecintaan kita sebagai mahluk-NYA yakni dengan membaca dan mempelajari kitab Suci Al-Quran. Dalam mempelajari Al-Quran seperti membaca, kita juga pelajari ilmu tajwid atau tahsinnya. Setelah itu mulailah dengan belajar menghafalkannya. Mengenai hafalan Al-Quran merupakan fase dimana amat menguji kesabaran dan konsistensi. Salah satu keistimewaan dari Al-Quran adalah mudah dihafalkan. Maka, sebetulnya setiap manusia memang berpotensi untuk bisa menjadi seorang penghafal Al-Quran. Seseeorang yang berusaha menjadi penjaga Al-Quran, yakni dengan membaca dan menghafal Al-Quran sesuai dengan yang telah Rasul contohkan, juga akan berusaha mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Seperti menjadi hafizh Quran yang merupakan seorang yang mampu menghidupkan Al-Quran di dalam hatinya. Hafizh Quran, mampu menyalakan potensi dan semangat didalam hatinya. “Sesungguhnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang QS Al-Ankabut 49 Percayalah, bahwa Al-Quran itu memang ‘hidup’. Jika kita mengaku cinta Al-Quran, maka perlu pembuktian dan pengorbanan. Bukankah sejatinya cinta itu adalah tindakan? Seumpama kekasih, atau sahabat dekat … maka Al-Quran pun butuh ‘perhatian’, butuh pertemuan intens, bahkan Al-Quran bisa cemburu. Dengan upaya dan usaha kita untuk membaca, menghafal dan mengamalkan Al-Quran otomatis kita sedang menjaga diri. “Barangsiapa yang membaca menghafal Al-Quran, maka sungguh dirinya telah menyamai derajat kenabian hanya saja tidak ada wahyu baginya penghafal. Tidak pantas bagi penghafal Al-Quran bersama siapa saja yang ia dapati dan tidak melakukan kebodohan terhadap orang yang melakukan kebodohan selektif dalam bergaul sementara dalam dirnya terdapat firman HR. Hakim Untuk diketahui bahwa para penghafal Al-Quran adalah keluarga Allah di dunia. Selain itu seorang penghafal Al-Quran tentunya bisa mengangkat kemuliaan keluarganya sendiri khususnya orang tua. “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia…” Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda manjawab, “yaitu ahli Quran orang yang membaca atau menghafal Quran dan mengamalkannya. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi HR. Ahmad “Siapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah kemuliaan, yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Quran”. HR. Al Hakim Andy Abdul Hamid

keluarga allah di dunia